Ketika hujan turun, aku selalu berterima kasih. Berterima kasih
kepada hujan, karena telah memberiku kesempatan untuk melamun. Bagiku,
saat hujan adalah saat yang tepat untuk melamun. Melihat tetesan hujan
dari jendela yang terlihat seperti memaksa untuk masuk tapi terhalang
kaca jendela. Menatap kumpulan tetesannya yang bersatu menjadi sebuah
aliran air menuruni kaca jendela, seolah mereka tak lagi ada harapan
untuk masuk, dan rela untuk luruh jatuh ke tanah.
Entah mengapa, hujan yang datang beramai-ramai itu hanya menghadirkan
sepi. Apakah hujan terdiri atas 1% air + 99% kesepian? Jika benar
begitu, yang tersisa hanya 100% kenangan.
Namun, bahkan setelah hujan berhenti pun mengapa kesepian itu tak kunjung
luruh bersama aliran air hujan? Dan masih tetap menggantung seperti tetesan
embun di pucuk daun.
No comments:
Post a Comment